Dalam
proses pendidikan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siswa, mulai dari
faktor pribadi, social, belajar dan karir dalam artikel saya kali ini saya
membahas beberapa faktor tersebut dan masalah yang paling sering di alami siswa
pada umumnya berdasarkan survey yang telah saya lakukan beberapa minggu lalu.
A. PRIBADI
Faktor
pribadi merupakan faktor internal, yang di maksudkan disini adalah hal – hal
yang disebapkan atau yang dapat mempengaruhi pribadi siswa itu sendiri, dan di
sini ada tiga masalah pribadi yang banyak terdapat pada siswa khususnya kelas X
SMA:
1. Punya
keinginan (cita-cita) yang kurang sesuai dengan kemampuan.
Kebanyakan
siswa memang mempunyai cita-cita atau keinginan yang tinggi, hal ini disebapkan
mungkin karena mereka masih dalam masa transisi, daya khayal dari masa
anak-anak masi sering terbawa sehingga siswa sering menginginkan sesuatu secara
berlebihan, namun pada akhirnya mereka sadar bahwa terkadang apa yang mereka
inginkan tidak semuanya bisa di penuhi, untuk hal ini kita bisa mengenal yang
namanya idealis.
Apakah
yang dimaksud dengan idealis? Idealis artinya orang yang bercita cita tinggi.
Anak anak muda penuh idealis artinya cita citanya itu sesuai dengan jalan
hidupnya yang pada akhirnya menjadi sempurna, pada umumya kaum muda mempunyai
sifat idealis yang tinggi, artinya selalu mencari sesuatu yang ideal sesuai
dengan cita citanya. Mereka memeiliki banyak gagasan yang bagus untuk
diwujudkan.
2. Mesara
rendah diri dengan wajah yang kurang cantik/cakap.
Rasa
rendah diri adalah sebuah kondisi psychologis yang berasal dari pengalaman masa
kecil dan diwujudkan dalam kehidupan dewasa jika kondisi ini tidak cepat
diatasi sejak awal mereka yang menderita rasa rendah diri secara terus menerus
merendah diri sendiri, dan sangat sensitive, perasaan ini bisa di alami semua
orang namun ada beberapa orang yang bisa menanggapinya tapi ada juga yang
terpuruk dalam perasaan rendah diri ini.
Pengertian rendah diri adalah perasaan
menganggap terlallu rendah pada diri sendiri. Orang yang menganggap diri
sendiri terlalu rendah dikatakan rendah diri. Orang yang rendah diri berarti
menganggap diri sendiri tidak mempunyai kemampuan yang berarti. Seperti
dikatakan oleh Alder bahwa rasa rendah diri berarti perasaan kuarng berharga
yang timbul karena ketidakmampuan psikologis atau social maupun karena keadaa
jasmani yang kurang sempurna ( Sumadi Suryabrata, 1984: 220 ).
3. Merasa
malas Untuk beribadah
Sebuah cara yang dapat
dilakukan seorang manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT salah satunya
dengan menjalankan ibadah shalat fardhu. Untuk itu, perlu adanya pembiasaan
dini kepada anak agar menjalankan ibadah shalat fardhu dengan tertib dari kesadaran
mereka sendiri bukan dari perintah orang lain. Dengan adanya kegiatan shalat
dhuhur berjama’ah yang ada di madrasah, mempunyai manfaat sebagai upaya untuk
membiasakan siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul dalam menjalankan ibadah shalat
fardhu. Hal di atas sangatlah penting mengingat pembiasaan itu sebaiknya
diberikan kepada anak sejak kecil karena pada saat itu mereka mempunyai ingatan
yang sangat kuat.
Untuk memaparkan manfaat
pembiasaan kegiatan shalat dhuhur berjamaÂ’ah sebagai upaya madrasah untuk
membiasakan siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul dalam menjalankan ibadah shalat
fardhu, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana
kebiasaan siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul dalam menjalankan ibadah shalat
fardhu? (2) Apa faktor pendorong dan penghambat siswa MI MaÂ’arif Patihan
Kidul dalam menjalankan ibadah shalat fardhu? (3) Apa manfaat pembiasaan
kegiatan shalat dhuhur berjamaÂ’ah siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul?
Untuk menjawab rumusan
masalah di atas, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
dengan subyek kepala sekolah, siswa, guru serta pihak yang terkait dalam
penelitian di MI MaÂ’arif Patihan Kidul Siman Ponorogo. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview atau wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Analisa data yang digunakan adalah reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan
(conclusion drawing).
Dari penelitian ini
ditemukan bahwa (1) kebiasaan siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul dalam
menjalankan ibadah shalat fardhu adalah sudah baik dan tertib, (2) Faktor
pendorong siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul dalam menjalankan ibadah shalat
fardhu adalah: lingkungan keluarga, lingkungan madrasah, lingkungan masyarakat,
dan tempat ibadah seperti masjid dan musholla, faktor penghambat siswa MI
MaÂ’arif Patihan Kidul dalam menjalankan ibadah shalat fardhu adalah: anak
merasa belum dewasa, lupa dan malas dan teman sepermainan (3) Manfaat
pembiasaan kegiatan shalat dhuhur berjamaÂ’ah di madrasah adalah untuk
meningkatkan kebiasaan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan ibadah shalat
fardhu, mendekatkan diri pada Allah SWT, menenangkan dan menentramkan jiwa.
Bertitik tolak dari temuan
penelitian ini, beberapa saran yang diperkirakan dapat meningkatkan kebiasaan
siswa MI MaÂ’arif Patihan Kidul dalam menjalankan ibadah shalat fardhu
adalah (1) Hendaknya semua guru terus memberikan motivasi kepada siswa untuk
lebih aktif dalam menjalankan ibadah shalat fardhu, (2) Hendaknya pelaksanaan
kegiatan shalat dhuhur berjama'ah lebih ditingkatkan agar berjalan dengan
tertib dan lancar, (3) Hendaknya orang tua menanamkan kebiasaan menjalankan
ibadah shalat fardhu dengan cara berjama'ah di rumah.
B. SOSIAL
Ketergantungan
manusia dengan orang lain sudah terlihat sejak dalam kandungan. Sejalan dengan
perkembangannya, seorang anak membutuhkan orang lain tidak saja untuk memenuhi
kebutuhan fisiknya, namun juga untuk mengembangkan diri dan kepribadiannya,
bahkan mungkin intelektualnya.
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan mampu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Berikut ini ada beberapa masalah social siswa
Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan mampu untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Berikut ini ada beberapa masalah social siswa
1. Punya
kawan yang perilakunya kurang baik. (berkelakuan buruk)
TERKADANG anak
berlaku buruk bukan karena kemauan mereka, tetapi mereka tidak tahu dampaknya
kepada dirinya dan orang lain. Oleh karena itu mereka harus dibuat untuk
mengintropeksi dirinya, dengan melihat keadaan mereka pada saat berperilaku
buruk, dengan melihat keadaan dirinya dan mendapat pelatihan dari orangtuanya.
Dengan cara seperti itu anak akan mudah berubah dengan sangat cepat, tanpa harus diperintah atau dibentak. Anda akan menjadi orang tua yang bebas dari stress. Dan anda mengubahnya tanpa harus melakukan upaya yang begitu besar, karena mereka akan menghipnotis dirinya sendiri.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk cara ini. Salah satunya dengan memberikan pemahaman jika berlaku buruk bukan saja akan merugikan orang lain tapi juga dirinya sendiri. Berikan pemahaman jika berbuat tidak baik maka justru akan merugikan dirinya sendiri karena akan dijauhi oleh teman-temannya.
Lantas bagaimana jika anak tetap enggak mau nurut dan tetap saja berlaku buruk? Sebagai orangtua Anda yang harus pegang kendali. Bila anak masih tetap tidak mau berubah dan malah mengamuk jangan sampai ngalah, apalagi si anak mengatakan memilih untuk bersikeras dengan kebiasaannya. Kalau sekali saja anak diberi keleluasaan, ia akan menggunakan cara yang sama berulang kali. Ada baiknya juga tetapkan hukuman jika si anak tetap membandel seperti misalnya jika ia tetap berlaku buruk maka hukumannya adalah potong uang jajan selama seminggu, dan sebagainya. Jangan pernah mengalah atau kasihan jika itu memang untuk mendidik si anak hanya karena si anak merengek atau mengamuk. Dengan sikap keras yang kita miliki, si anak pun akan memperhatikan apakah dengan cara seperti itu akan mendapat yang diinginkannya. Nantinya si anak akan sadar dengan menggunakan cara seperti itu, dirinya tidak akan mendapatkan apapun.
Dengan cara seperti itu anak akan mudah berubah dengan sangat cepat, tanpa harus diperintah atau dibentak. Anda akan menjadi orang tua yang bebas dari stress. Dan anda mengubahnya tanpa harus melakukan upaya yang begitu besar, karena mereka akan menghipnotis dirinya sendiri.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk cara ini. Salah satunya dengan memberikan pemahaman jika berlaku buruk bukan saja akan merugikan orang lain tapi juga dirinya sendiri. Berikan pemahaman jika berbuat tidak baik maka justru akan merugikan dirinya sendiri karena akan dijauhi oleh teman-temannya.
Lantas bagaimana jika anak tetap enggak mau nurut dan tetap saja berlaku buruk? Sebagai orangtua Anda yang harus pegang kendali. Bila anak masih tetap tidak mau berubah dan malah mengamuk jangan sampai ngalah, apalagi si anak mengatakan memilih untuk bersikeras dengan kebiasaannya. Kalau sekali saja anak diberi keleluasaan, ia akan menggunakan cara yang sama berulang kali. Ada baiknya juga tetapkan hukuman jika si anak tetap membandel seperti misalnya jika ia tetap berlaku buruk maka hukumannya adalah potong uang jajan selama seminggu, dan sebagainya. Jangan pernah mengalah atau kasihan jika itu memang untuk mendidik si anak hanya karena si anak merengek atau mengamuk. Dengan sikap keras yang kita miliki, si anak pun akan memperhatikan apakah dengan cara seperti itu akan mendapat yang diinginkannya. Nantinya si anak akan sadar dengan menggunakan cara seperti itu, dirinya tidak akan mendapatkan apapun.
2. Merasa
malu berbicara didepan orang banyak.
Berdasarkan pengalaman empris di lapangan diketahui bahwa
kemampuan berbicara siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Hal ini
diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan/informasi yang bersumber dari
media dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar. Isi pembicaraan yang
disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat
sehingga isi pembicaraan menjadi tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang
tidak mau berbicara di depan kelas. Selain itu, pada saat guru bertanya
kepada seluruh siswa, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru.
Beberapa orang siswa ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena
takut jawabannya itu salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa
belum menunjukkan keberanian.
Dari latar belakang di atas perlu dicari alternatif lain
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini mengingat
pentingnya pengajaran berbicara sebagai salah satu usaha meningkatkan kemampuan
berbahasa lisan di tingkat sekolah menengah pertama, penulis menggunakan teknik
pengajaran berbicara yaitu teknik cerita berantai. Dipilihnya teknik cerita
berantai ini karena mampu mengajak siswa untuk berbicara. Dengan teknik ini,
siswa termotivasi untuk berbicara di depan kelas. Siswa dirangsang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Di samping itu, diharapkan
pula agar siswa mempunyai keberanian dalam berkomunikasi.
Menurut Tarigan (1990), “Penerapan teknik cerita berantai
ini dimaksudkan untuk membangkitkan keberanian siswa dalam berbicara. Jika
siswa telah menunjukkan keberanian, diharapkan kemampuan berbicaranya menjadi
meningkat.”
Teknik cerita berantai bisa dimulai dari seorang siswa
yang menerima informasi dari guru, kemudian siswa tadi membisikkan informasi
itu kepada teman lain, dan teman yang telah menerima bisikan meneruskannya
kepada teman yang lain lagi. Begitulah seterusnya. Pada akhir kegiatan akan
dievaluasi, yaitu: siswa yang mana yang menerima informasi yang benar atau
salah. Siswa yang salah menerima informasi tentu akan salah pula menyampaikan
informasi kepada orang lain. Sebaliknya, bisa saja terjadi informasi yang
diterima oleh siswa itu benar tetapi mereka keliru menyampaikannya kepada teman
yang lain. Untuk itu, diperlukan pertimbangan yang cukup bijak dari guru untuk
menilai keberhasilan teknik cerita berantai ini.
3. Merasa
lebih senang menyendiri.
Menyendiri adalah gambaran dari kekurang mampuan seorang
anak dalam pergaulannya dengan teman sebaya. Anak-anak ini memisahkan diri dari
lingkungannya dan mempergunakan sebagian besar waktunya untuk diri sendiri.
Pada umumnya anak yang sukar bergaul memiliki kendala yang erat kaitannya
dengan masalah lain, misalnya masalah kesulitan dalam menyesuaikan diri di
sekolah yang pada umumnya anak biasanya kurang mampu untuk bisa diajak
bekerjasama dengan orang lain, kurang mampu tenggang rasa bila bermain serta
bisa juga terjadi pada anak-anak yang memiliki perilaku agresif. Dan, apabila
masalah ini tidak segera diatasi maka dapat mengembang menjadi perilaku yang
menyimpang.
C. BELAJAR
Pada umumnya siswa sering mengalami susah belajar, dan
berikut ada beberapa hal yang menybapkan siswa itu sulit untuk belajar
1. Merasa
kurang senang terhadap cara guru mengajar.
Beberapa faktor berikut bisa
menjadi alasan siswa tidak suka kepada guru. kalau ada murid yang tidak suka
pada kita sebagai guru. Jangan marah, apalagi memberi nilai di bawah rata-rata.
Segeralah intropeksi diri.
Ø Penampilan yang kurang menarik. Menjadi seorang guru akan
lebih banyak berada di muka kelas. Kalau penampilan guru tersebut tidak
menarik, lamabat laun akan memacu kebosanan. Akibatnya siswa menolak untuk
menerima kehadiran guru yang mereka anggap monoton tersebut.
Ø Cara mengajar yang kurang pas. Kelas terdiri dari beragam
siswa. Guru yang menerangkan pelajaran dengan lamban akan disenangi oleh murid
yang memang kemampuannya terbatas. Namun, akan menjadi musuh bagi mereka yang
bisa diajak belajar cepat. Begitu sebaliknya.
Ø Memberikan tugas yang tidak wajar, tidak masuk akal, dan
menyusahkan siswa.
Ø Marah karena hal sepele.
Ø Mempermalukan siswa di depan siswa lainnya.
Ø Subjektif dalam memberikan nilai.
2. Merasa
kurang senang terhadap mata pelajaran tertentu.
seorang guru yang baik
adalah yang bisa mendesain materi pelajaran mudah dicerna dan dipahami siswa.
Pembelajaran yang baik adalah yang bisa masuk ke otak kanan. Materi pelajaran
yang masuk ke memori otak kanan akan tersimpan lama dan tidak mudah hilang.
Sebaliknya, materi pelajaran yang masuk ke memori otak kiri akan sulit dicerna
dan dipahami siswa. Lebih dari itu, materi pelajaran yang masuk ke otak kiri
akan mudah hilang atau lupa. Dalam
kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga
kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan
situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat
dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam
pembelajaran matematika seringkali siswa merasa kesulitan dalam belajar, selain
itu belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep
salah. Akibatnya prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum
menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami
masalah secara komprehensip atau secara parsial. Sedangkan guru yang bertugas
sebagai pengelola pembelajaran seringkali belum mampu menyampaikan materi
pelajaran kepada siswa secara bermakna, serta penyampaiannya juga terkesan
monoton tanpa memperhatikan potensi dan kreativitas siswa sehingga siswa
merasa bosan karena siswa hanya dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi
dengan materi pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
matematika guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan
disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih memahami materi yang
disampaikan dan siswa lebih berkesan dengan pembelajaran yang telah disampaikan
serta siswa akan lebih mengingat dan tidak mudah melupakan hal- hal yang
dipelajarinya.
3. Merasa kurang betah belajar, karena siakap para guru mengajar.
Hal ini kurang llebih hampir sama denga penjelasan Merasa kurang senang terhadap cara
guru mengajar, Penampilan yang kurang menarik, Cara mengajar yang kurang pas.
Memberikan tugas yang tidak wajar, tidak masuk akal, dan menyusahkan siswa.
Adalah faktor yang menjadi penyebap siswa merasa kurang betah belajar, karena
siakap para guru mengajar
D. KARIR
Berikut ada beberapa masalah mengenai karir dari siswa
1. Masih
kurang memahami keterampilan apa yang harus siswa kuasai untuk perjaan yang
siswa akan masuki.
2. Masih
belum memiliki pilihan yang pasti tentang pekerjaan yang akan siswa masuki.
3. Belum
memilki wawasan tentang prospek lapangan kerja di masa depan.
Pada sub tahap eksplorasi umumnya remaja
mulai menerapkan pilihan-pilihan yang dipikirkan pada tahap tentatif akhir.
Mereka menimbang-nimbang beberapa kemungkinan pekerjaan yang mereka anggap
sesuai dengan bakat, minat, serta nilai-nilai mereka, namun mereka belum berani
mengambil keputusan tentang pekerjaan mana yang paling tepat. Dalam hal ini
termasuk di dalamnya masalah memilih sekolah lanjutan yang sekiranya sejalan
dengan karier yang akan mereka tekuni. Pada sub tahap berikutnya, yakni tahap
kristalisasi, remaja mulai merasa mantap dengan pekerjaan/karier tertentu.
Berkat pergaulan yang lebih luas dan kesadaran diri yang lebih mendalam, serta
pengetahuan akan dunia kerja yang lebih luas, maka remaja makin terarah pada
karier tertentu meskipun belum mengambil keputusan final. Akhirnya, pada sub
tahap spesifikasi remaja sudah mampu mengambil keputusan yang jelas tentang
karier yang akan dipilihnya.
Dalam buku edisi revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud.
Dalam buku edisi revisinya Ginzberg dkk (1972) menegaskan bahwa proses pilihan karier itu terjadi sepanjang hidup manusia, artinya bahwa suatu ketika dimungkinkan orang berubah pikiran. Hal ini berarti bahwa pilihan karier tidaklah terjadi sekali saja dalam hidup manusia. Di samping itu Ginzberg juga menyadari bahwa faktor peluang/kesempatan memegang peranan yang amat penting. Meskipun seorang remaja sudah menentukan pilihan kariernya berdasar minat, bakat, dan nilai yang ia yakini, tetapi kalau peluang/kesempatan untuk bekerja pada bidang itu tertutup karena "tidak ada lowongan", maka karier yang dicita-citakan akhirnya tidak bisa terwujud.
4 komentar:
Makasih
Tolong berikan contoh masalah sosial dalam Belajar
Tlg berikan contoh masalah yg membutuhkan pertolongan Tuhan. Tks
Caesars Casino and Racetrack – 2021 New Jersey Gambling
Caesars Resort kadangpintar Casino & worrione Racetrack is the latest casino in New https://septcasino.com/review/merit-casino/ Jersey to งานออนไลน์ undergo gri-go.com a comprehensive safety review. The casino is owned by Caesars
Posting Komentar